PENDIDIKAN, EVOLUSI DAN OTAK MANUSIA

PENDIDIKAN, EVOLUSI DAN OTAK MANUSIA

Hubungan Evolusi Spiritual dan Otak Manusia

(Seri Tulisan Anand Krishna tentang Pendidikan yang Holistik – tulisan ke-4)

 

Tulisan berikut, kita kutip dari buku: Neospirituality & Neuroscience, Puncak Evolusi Kemanusiaan, Anand Krishna & Dr. Bambang Setiawan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, halaman 23 – 38.

Dalam buku ini, Anand Krishna membahas tentang makna Evolusi Manusia, Otak Manusia, Pendidikan, dan DNA dengan panjang lebar. Kita diingatkan bahwa sistem pendidikan itu mesti mempersiapkan Anak Manusia guna melanjutkan evolusi spiritualnya. Dan hal terpenting yang mesti dilakukan Lembaga Pendidikan adalah mempersiapkan perangkat keras: “badan”, manusia sedemikian rupa, agar evolusi kita menuju Manusia Sempurna dapat tercapai  dengan lebih mulus. Nah, mari  kita selami hubungan evolusi spiritual manusia dengan pemahaman tentang Otak dan fungsi-fungsinya. Jika masih penasaran dengan isi buku ini secara lengkap, silahkan membaca buku ini secara utuh.  

 

Buku Neospiritual and Neuroscience

 

Evolusi Spiritual

“Bila kawanan manusia memilikiTeori Evolusi versi Darwin dan lain-lain,Maka kami Umat Kera PilihanHyang diperTuan Agung Maha Kera,memiliki Teori Devolusi manusiayang jatuh dari ketinggianKesadaran Umat Kera yang dimuliakan.“Demikian ceritanya:Konon, ada seekor kera yang jatuh dari pohon.Cidera dua di antara empat kaki-tangannya,maka ia tidak dapat memanjat lagi.“Alkisah, seekor kera betina yang sangatsayang pada kera jantan yang jatuh itu,merasa iba terhadapnya.Ia sengaja menjatuhkan diri demi cintanya,dan menciderai pula dua dari empat kaki-tangan yang dimilikinya. “Para Tua bercerita,sepasang jantan dan betina itu kemudian tinggal di daratan, beranak-pinak.Genetika mereka rusak,pun rekaman DNA ikut rusak.Maka terciptalah kawanan manusia,dengan dua tangan dan dua kaki terpisah. “Tidak lagi empat kaki-tangan seperti kita.kedua kera yang cacat itulah leluhur kawanan manusia yang tinggal di daratan.Dan tidak dapat lagi memanjat pohon. “Tahu nama mereka?Tahulah!”(Sumber: Blogger Kera Umat sempurna)

****** 

Dari Ketidaksadaran Menuju Kesadaran
Yoga for Kids

– Membantu Perbaikan syaraf dan otak manusiaEvolusi Spiritual adalah evolusi dari ketaksadaran menuju kesadaran. Inilah evolusi yang sedang kita jalani saat ini.Ketidaksadaran memisahkan kita dari alam semesta, makhluk-makhluk lain bahkan dari sesama manusia.Kesadaran mempertemukan kita dengan alam semesta, makhluk-makhluk lain maupun dengan sesama manusia.

Ketidaksadaran menciptakan kesombongan, arogansi seolah kita Mahatinggi, Mahabesar, Mahaterpilih, dan sebagainya. Kesadaran menciptakan keselarasan, keserasian, dan keharmonisan. Sesungguhnya tiada perbedaan antara kita. Kita semua satu adanya. Ketidaksadaran menciptakan jurang pemisah antara sesama makhluk sedangkan Kesadaran menciptakan jembatan untuk mempertemukan kita.

Kemampuan Otak/Intelek 

Tidak Sama dengan Kesadaran Spiritual

Ada kalanya kita mengaitkan Kesadaran Spiritual dengan Kemampuan/Kecerdasan Otak atau Kebolehan Intelek (bukan Intelegensia, yang berupa “kesadaran” di balik otak dan intelek). Ini jelas keliru dan tidak tepat. Namun, inilah yang terjadi saat ini.Kemampuan/Kecerdasan Otak dapat diasah dan ditingkatkan. Begitu juga Kebolehan Intelek yang merupakan produk sistem pendidikan.Tetapi tidak demikian dengan spiritualitas. Kesadaran Spiritual melampaui kemampuan/kecerdasan otak dan kebolehan intelek. Sehebat-hebatnya manusia, termasuk seorang jenius seperti Albert Einstein (1879-1955), ia baru menggunakan 15% dari kapasitas otaknya. Itu pun sudah maksimum. Pada umumnya kita menggunakan kurang dari 15%, yang berarti masih ada sisa kapasitas sebesar 85% atau lebih. Sesungguhnya sisa kapasitas itu masih dapat dipakai. Bila hal itu terjadi, kecerdasan manusia pun sudah pasti mengalami evolusi besar-besaran.

Evolusi Kecerdasan Otak

Sesungguhnya evolusi Kecerdasan Otak itu sudah dan sedang terjadi. Evolusi inilah yang berhasil mengantarkan perubahan dari zaman besi ke zaman modern. Kendati demikian, evolusi ini tidak pernah berhenti. Sehingga masa yang disebut zaman modern saat ini, besok akan dikenang sebagai zaman kuno dan primitif.Kemajuan di bidang sains dan teknologi berhasil mengantarkan pada era atau masa baru saat ini. Namun “baru” pada hari ini, kelak akan menjadi “kuno”. Hal-hal yang kita anggap “modern” saat ini, besok akan disebut “primitif”. Demikian roda evolusi berputar terus. Apa yang terjadi bila kecerdasan otak dan kebolehan intelek kita berkembang dan mengalami evolusi terus menerus sementara Spiritualitas dalam diri tidak ikut berkembang dan berevolusi?

Kecerdasan Otak/Kebolehan Intelek

versus Kesadaran Spiritual

Otak yang cerdas, intelek yang berkembang dan peralatan yang dimiliki oleh manusia saat ini atau di kemudian hari, dapat menimbulkan bencana bagi manusia sendiri bila ia tidak memiliki Kesadaran Spiritual. Mengapa?Karena otak yang cerdas dan intelek yang berkembang cenderung menggunakan sains, teknologi, pengetahun atau peralatan yang dimilikinya untuk kepentingan diri (dalam hal ini “diri” bisa juga diterjemahkan sebagai “diri secara kolektif”). Sebagai contoh kepentingan “keluarga sendiri”, “kelompok sendiri”, “umat sendiri”, “golongan sendiri”, “partai sendiri”, dan sebagainya.Sesungguhnya hal ini sudah terjadi. Mereka yang tidak sadar cenderung mengutamakan diri dan kelompoknya saja. Inilah hasil dari jiwa yang belum berkembang, dari kementahan spiritual, dari pandangan dan wawasan yang sempit. Inilah bukti belum berkembangnya Kesadaran Spiritual.Banyak orang mencari pembenaran dan menganggap bahwa mementingkan diri atau kelompoknya merupakan hal yang sah dan wajar. Sesungguhnya pembenaran seperti itu berasal dari cara berpikir yang sempit, mental yang belum cukup berkembang, dan diri yang belum berkesadaran spiritual.Kerusakan yang terjadi di sekitar kita, pencemaran alam, konflik, perang dan segala sesuatu yang tidak selaras, tidak serasi, dan tidak harmonis disebabkan oleh pikiran dan pandangan yang sempit serta diri yang belum berkesadaran spiritual.Lalu, solusinya apa? Evolusi Spiritual semestinya didahulukan,Bukan kecerdasan otak seperti yang terjadi saat ini. Bila hal itu terjadi, dengan sendirinya kecerdasan otak dan kebolehan intelek menjadi berkah bahkan menunjang keselarasan alam, keserasian, dan keharmonisan antarmanusia dan sesama makhluk hidup.

*******

Menyelami Otak Manusia

Kelak tahun 2015, Negara anggota ASEANakan bergabung menjadi Komunitas ASEAN,mirip dengan EU atau European Union.Ini tidak bercanda, serius!Maka, bersama produk industri dan sumber alam,organ-organ manusia organik maupun sintetis,alami maupun pabrikan buatan manusiaakan dijual bebas di pasar bebas pula.Tak ada lagi bea masuk, bebas, bas, bas, bas.Nah, saat itu kita bisa untung banyak.Berlimpah pemasukan untuk kas negara.Soalnya otak-otak organik kita akan diminati.Banyak pembeli akan mencari. Nyaris baru, tak terpakai dan tanpa cacat!Wahai umat sebangsa, bersabarlah sedikit,Otak-otak kita pasti laris manis sebentar lagi.(Sumber: Siaran Pers bersifat Rahasia, yang Terbocorkan)

 Otak Manusia dan Evolusi Kesadaran

“Sesungguhnya otak manusia adalah alat yang paling sempurna di dunia dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran manusia atau membantunya dalam berevolusi lebih lanjut karena jalur evolusi yang mesti ditempuh  atau diupayakan oleh manusia adalah evolusi mental, bukan lagi evolusi fisik. Evolusi mental inilah yang kemudian dapat mengantar manusia pada tingkat Kesadaran Spiritual.“Bila menggunakan bahasa umum maka otak manusia terdiri atas dua bagian utama. Masing-masing bagian ini terdiri dari sekian banyak sub-bagian yang kita sebut saja dua sistem utama:

  • Sistem Limbic disebut juga sebagai otak hewani, karena kita mewarisinya dari evolusi panjang organisme bersel tunggal. Bagian otak ini pula yang dimiliki oleh hewan-hewan lainnya. Kadang bagian ini juga disebut reptile brain, karena reptil pun memilikinya.
  • Sistem Neo-Cortex disebut juga mammal atau human brain, karena jenis kehidupan reptil tidak memilikinya. Bagian ini dimiliki oleh mamalia dan manusia (yang juga merupakan bagian dari mamalia).

Sistem Limbik

One Earth School, Bali – Exhibition“Biasanya dikaitkan dengan Fungsi Insting yang juga disebut Insting Hewani. Oleh karena itu seringkali sistem ini tidak diperhatikan padahal sistem ini memiliki peran yang sangat penting untuk mempertahankan tubuh manusia, termasuk organ otak itu sendiri.“Fungsi insting melibatkan Sistem Saraf Otonom (SSO) yang memungkinkan bekerja tanpa henti. Ia berjalan sendiri (secara otonom) sejak hari pertama kelahiran manusia hingga kematiannya. Ketika kita dalam keadaan tidur lelap pun, ia tidak ikut tidur. Sesungguhnya, sistem ini bisa berjalan terus, nyaris langgeng dan abadi, bila kita memenuhi kebutuhannya secara teratur dan tidak berlebihan atau berkurangan.“Apa yang menjadi kebutuhan dasar insting manusia? Makan, minum, tidur, seks, dan sebagainya yang berkecukupan. Tidak melampaui batas juga tidak berada jauh di bawah kebutuhannya. Bila melampaui batas atau kekurangan, tubuh manusia akan jatuh sakit, organ-organnya mengalami kerusakan dan akhirnya tubuh pun mati (tidak dapat berfungsi lagi).

Saraf Otonom

“Dengan bantuan saraf otonom, Limbic System juga melakukan koordinasi antarsel dalam tubuh manusia dan antara otak dengan tubuh. Koordinasi ini berjalan rapi dan harmonis sesuai dengan muatan informasi DNA masing-masing. Keharmonisan ini hanya terganggu bila pikiran manusia (mind atau konstitusi mental) menyebabkannya.

“Apa saja yang dapat mengganggu kesempurnaan kerja Limbic System lewat saraf-saraf otonom? Segala macam pikiran, ide, konsep, gagasan, imajinasi dan sebagainya yang tidak harmonis, tidak selaras, dan tidak serasi dengan semesta.

“Bagaimana kita mengetahui bahwa apa yang saya pikirkan itu harmonis, selaras, dan serasi dengan semesta? Mudah sekali. Segala macam pikiran, ide, konsep, gagasan, imajinasi dan lain sebagainya yang bersifat luas dan membebaskan adalah pikiran yang selaras dengan semesta. Karena alam semesta Maha Luas dan Maha Bebas adanya. Ia tak terkurung, tak terbingkai dan tak terbatas. Sebaliknya, pikiran-pikiran yang kerdil, sempit, membatasi, dan memenjarakan seperti dogma-dogma dan doktrin-doktrin yang membuat kita berpikiran picik sudah jelas tidak harmonis, selaras dan serasi dengan semesta.

Dampak Pikiran Terhadap Otak dan Tubuh

“Pikiran yang picik menimbulkan berbagai macam keadaan psikologis yang tidak menunjang peningkatan kesadaran. Keadaan psikologis yang dimaksud antara lain rasa takut, khawatir, kecewa, marah, iri, benci, dendam, sedih, dan depresi. Keadaan psikologis seperti ini pada awalnya merusak organ otak itu sendiri. Kemudian, otak yang rusak meneruskan kerusakan itu ke organ-organ lain. Efek berantai ini akan terlebih dahulu berdampak  negatif terhadap organ-organ yang berada dalam keadaan lemah atau sudah mulai melemah. Inilah penyebab penyakit dari ringan hingga yang mematikan.

Sistem Neo-Cortex

“Memang lazimnya sistem ini disebut Neo atau baru karena “baru” dalam diri manusia lah sistem ini berkembang secara optimal. Bagian otak yang biasa disebut Front Lobe (Bagian Depan, atau Lobus Frontal) adalah bagian dari system Neo-Cortex. Front Lobe sendiri terdiri atas dua bagian utama, yaitu Right dan Left Hemishphere yang dalam bahasa awam disebut Otak Kanan dan Otak Kiri.

“Kedua bagian inilah yang sesungguhnya menjadi pusat Spiritualitas dan Kecerdasan/Intelek. Bagian Kanan yang biasa disebut Intuitif adalah bagian yang terkait dengan Kesadaran Spiritual, Seni, dan sebagainya. Sementara itu, bagian kiri yang biasa disebut Logis/Matematis adalah bagian yang terkait dengan Kecerdasan, Intelek, dan sebagainya.

“Oleh karena itu jelaslah bila mereka yang mengaitkan Spiritualitas dengan Kecerdasan telah melakukan kesalahan. Istilah Kecerdasan Spiritual yang biasa digunakan untuk menerjemahkan istilah asing Spiritual Quotient, salah adanya. Semestinya Kemampuan atau Kesadaran Spiritual (Spiritual Quotient) dan Kemampuan atau Kecerdasan Otak/Kebolehan atau Kepintaran Intelek (Intellectual/Mental/Emotional Quotient). Kesadaran (Otak Kanan) dan Kecerdasan (Otak Kiri) berada pada dua wilayah yang berbeda.

Perlunya Mengembangkan Neo-Cortex Terlebih Dahulu

“Tanpa perkembangan Neo-Cortex, manusia tidak sadar tentang hal-hal yang tepat dan tidak tepat, yang baik dan tidak baik bagi dirinya. Dalam keadaan seperti itu, ia tak akan mampu memahami kebutuhan insting yang diterimanya dari Bagian Limbik lewat Jaringan Saraf Otonom. Bila insting mengirimkan pesan “lapar”, maka ia bisa saja makan berlebihan, sehingga merusak kesehatannya sendiri. Begitu pula dengan hal-hal lain yang sesungguhnya merupakan kebutuhan dasar dan harus dipenuhi secara cerdas dan berimbang dengan penuh kesadaran, misalnya memilih makanan yang baik bagi kesehatannya sehingga tidak makan apa saja secara sembarangan. Dengan kata lain, mesti ada kerjasama yang baik antara Bagian Limbik dan Neo-Cortex. Tanpa kerjasama seperti itu, manusia akan mencelakakan dirinya. Hal ini tidak terkait dengan tubuh atau kesehatan raganya saja, tetapi juga dengan pikiran dan lapisan-lapisan kesadarannya yang lain. Jadi Limbik memberitahu kebutuhan, sedangkan Neo-Cortex menentukan bagaimana dan dengan cara apa memenuhi kebutuhan itu supaya menunjang kesehatan dan kehidupan, bukan merusak atau mematikannya.

 

Arsip:

https://www.davidpurba.com/wp-admin/post.php?post=866&action=edithttps://www.davidpurba.com/anand-krishna-makna-dan-tujuan-pendidikan/https://www.davidpurba.com/anand-krishna-memperbaiki-sistem-pendidikan-kita/